Breaking News

Partai-partai Kecil di Inggris Menjadi Pemecah Suara serta Penentu Pemilu Inggris

Partai-partai Kecil di Inggris Menjadi Pemecah Suara serta Penentu Pemilu Inggris

Partai-partai Kecil di Inggris Menjadi Pemecah Suara serta Penentu Pemilu Inggris – Semacam jutaan pemilih Inggris yang lain, Karl Wakeman mensupport partai Konvensional arahan Margaret Tatcher pada 1980- an, serta setelah itu Partai Pegawai Terkini arahan Tony Blair di akhir 1990- an.

Partai-partai Kecil di Inggris Menjadi Pemecah Suara serta Penentu Pemilu Inggris

Partai-partai Kecil di Inggris Menjadi Pemecah Suara serta Penentu Pemilu Inggris

veritasparty – Tetapi saat ini, Wakeman tidak mensupport kedua partai yang sepanjang sebagian dasawarsa memahami pentas politik Inggris itu. Wakeman bertukar pandang, rezim Partai Pegawai terakhir kandas dalam menanggulangi Uni Eropa, imigrasi massal serta pula zona keuangan negeri itu.

Baca juga : Politik kotor Membayangi saat Pemilu Di Inggris

Ia memandang penguasa aliansi arahan Partai Konvensional yang saat ini berdaulat cuma sedikit lebih bagus dari penguasa tadinya.“ Mereka dapat berkata perekonomian saat ini bagus, namun perihal itu tidak dialami oleh banyak orang semacam aku,” tutur ia.

Sehabis lolos sekolah ia langsung bertugas, menikah serta saat ini mempunyai 2 anak. Ia telah melunaskan angsuran rumahnya serta senantiasa mempunyai profesi, sampai baru- baru ini. Mantan karyawan industri penyewaan perlengkapan gedung ini telah 2 kali terserang PHK dalam 18 bulan terakhir. Ia merasa tidak dicermati serta kecewa.

“ Partai- partai besar tidak terpikat mengurus masyarakat semacam aku,” ucap Wakeman. Itu penyebabnya Wakeman menyudahi buat memilah Partai Kebebasan Inggris Raya, UKIP, di hari pemungutan suara pada 7 Mei.

Walaupun UKIP cuma memperoleh 3, 1 persen suara pada pemilu 2010, telaah opini kali ini mengatakan partai itu dapat mencapai 13 persen. Partai ini menghirup suara terbanyak dari masyarakat yang umumnya memilah Partai Konvensional, serta sedikit suara dari Partai Pegawai.

UKIP bukan salah satunya pemecah aransemen pentas politik Inggris. Partai Nasional Skotlandia, SNP, yang cuma memenangkan 1, 7 persen suara serta menemukan 6 bangku parlemen pada 2010, saat ini jadi terkenal.

Telaah opini menampilkan partai ini dapat memenangkan 40 bangku lebih, dari 59 bagian bangku buat Skotlandia di parlemen nasional. Kemenangan ini hendak membuat SNP mempunyai suara lebih besar dalam pembuatan penguasa terkini, membuat kodrat 38 juta masyarakat Inggris terletak di tangan 4 juta masyarakat Skotlandia.

Ambruknya penguasa lama mempunyai akibat besar serta tidak diprediksi untuk era depan negeri kerajaan ini. Kebijaksanaan penting SNP merupakan bawa Skotlandia pergi dari Inggris Raya serta buatnya lebih merdeka. Tujuan yang nyaris berhasil dalam referendum yang dilaksanakan tahun kemudian.

UKIP mau menghasilkan Inggris Raya dari Uni Eropa. Akibat partai ini menimbulkan Kesatu Menteri David Cameron menawarkan referendum terpaut keahlian Inggris Raya di Uni Eropa bila partai Konvensional membuat penguasa terkini.

Sokongan yang terus menjadi besar kepada Partai Hijau serta sokongan tentu untuk Plaid Cymru yang membutuhkan kebebasan untuk Wales terus menjadi merendahkan sokongan kepada Konvensional, Pegawai serta Bebas Demokrat.

Partai Bebas Demokrat dengan cara konvensional ialah partai ketiga terbanyak serta kawan kerja baru dalam rezim aliansi yang saat ini berdaulat. Roy Hattersley, mantan delegasi pimpinan Partai Pegawai serta politisi semenjak tahun 1960- an berkata masa Partai Konvensional serta Partai Pegawai bergantian dalam menyuruh Inggris Raya saat ini telah selesai.

“ Ini pergantian yang amat besar,” ucap Hattersley. Ia berkata kala politik nasional retak, resiko keretakan Inggris Raya juga bertambah.“ Hendak amat susah menaklukkan tahap buat membebaskan Skotlandia di era depan.”

Pergantian Dukungan

Di basilika berumur kota Gloucester, tempat badan parlemen dikepung oleh golongan pendukung kerajaan ketika Perang Kerabat Inggris pada 1643, pentas politik semenjak lama berbanding dengan datar. Semenjak 1950- an sampai 1970- an bangku badan parlemen berpindah- pindah antara partai Pegawai serta Partai Konvensional.

Semenjak 1970 kota ini jadi determinan pemilu: Partai yang berhasil di kota ini hendak memenangkan pemilu nasional serta membuat penguasa. Kali ini, pertarungan di Gloucester amat kencang sebab partai- partai kecil menarik sokongan yang umumnya diserahkan ke partai- partai besar.

Pada 1950- an Partai Konvensional serta Partai Pegawai mencapai lebih dari 90 persen suara di Gloucester, tetapi saat ini memperoleh 75 persen suara saja telah ialah keberhasilan. Lord Ashscroft berkata telaah opini yang dikerjakannya membuktikan kalau UKIP menemukan sokongan 12 persen ataupun lebih di Gloucester, sedangkan Bebas Demokrat memperoleh 9 persen serta Partai Hijau 3 persen.

Sistem first- past- the- post

Sesungguhnya, Inggris Raya tidak sempat betul- betul jadi negeri 2 partai semenjak 1970- an. Pada 1974, SNP menerobos kesuksesan Partai Pegawai serta Partai Konvensional dengan memenangkan 7 bangku parlemen.

Pada 1977 rezim Partai Pegawai wajib membuat perjanjian dengan Partai Bebas buat dapat bertahan. Serta pada 1980- an, beberapa badan Partai Pegawai merelaikan diri buat membuat satu golongan terkini yang kesimpulannya bersuatu dengan Partai Bebas buat membuat Partai Bebas Demokrat.

Walaupun begitu, sistem pemilu Inggris Raya membuat pemilu selesai dengan satu partai yang berdaulat. Sistem ini diketahui dengan julukan first- past- the- post, ataupun juara tiap wilayah penentuan memperoleh satu bangku di parlemen.

Sedangkan calon yang takluk tidak memperoleh apapun. Perihal ini dapat membuat partai- partai kecil cuma menaruh sedikit delegasi di parlemen, ataupun apalagi tidak terdapat delegasi serupa sekali, apalagi bila mereka memenangkan jumlah suara yang besar di semua area sekalipun.

Tata cara first- past- the- post ini menutupi pergantian berangsur- angsur dalam sokongan politik yang terjalin dampak pergantian sosial serta ekonomi. Paling utama kala kategori sosial di Inggris Raya terus menjadi tidak nyata dalam sebagian dasawarsa terakhir.

John Curtice guru besar politik dari Universitas Strathclyde menyatakan “ Penjatahan kategori sosial saat ini berlainan serta tidak lagi berarti semacam di era kemudian“. Pada 1980- an Partai Pegawai sedang ialah partai kategori pekerja. Saat ini telah tidak semacam itu.”

Baca Juga : Politisi Barrack Obama Dalam Kejahatan Kevin McCarthy dan Donald Trump

Partai bermutasi

Di dasar kepemimpinan Tony Blair, Partai Pegawai beranjak ke gerakan politik tengah serta“ amat tidak menentang dengan orang yang jadi banyak raya,” semacam yang sempat ditafsirkan oleh Peter Mandelson, pendukung penting gerakan Blairite.

Partai Pegawai terkini berjuang buat tingkatkan standar pembelajaran serta pergerakan sosial: Jumlah anak belia yang menyudahi buat memperoleh pembelajaran lebih besar bertambah dari 39 persen pada 1999 jadi 49 persen dikala ini.

Kala pabrik menyusut serta profesi di kantoran meningkat, perbandingan kategori juga lenyap serta partai- partai politik juga bermutasi. Sedangkan Partai Pegawai arahan Tony Blair merengkuh tokoh- tokoh finansial serta dari bumi finansial kota London, Partai Konvensional arahan David Cameron menarik para pemilih bebas dengan kebijakan- kebijakan yang lebih liberal dengan cara sosial di aspek semacam area serta perkawinan sesama tipe.

Rob Ford, guru ilmu politik Universitas Manchester berkata kalau untuk masyarakat di wilayah miskin, Partai Pegawai bukan lagi partai kalangan pegawai.“ Mereka merasa Partai Pegawai merupakan semacam partai lain yang menggantikan kota- kota semacam London, Edinburgh ataupun Manchester, penuh dengan alumnus universitas yang tidak paham serupa sekali peperangan yang mereka natural.”

John Curtice berkata kalau saat ini UKIP, yang menemukan sokongan besar dari kalangan manula, pemilih berkulit putih berakal kecil, jadi partai opsi kategori pekerja. Di Barton serta Tredwordh, area miskin di kota Gloucester, UKIP bahkan

menemukan sokongan dari golongan etnik minoritas walaupun partai ini bertukar pandang anti- imigrasi.

Harjit Gill, masyarakat asal India yang alih ke Inggris sebagian dasawarsa kemudian, meninggalkan Partai Pegawai dini tahun ini serta saat ini mensupport UKIP. Pimpinan UKIP Nigel Farage lebih memilah satu gelas bir serta berdialog apa terdapatnya dibanding berbicara dengan adab. Ia berkata bermacam permasalahan semacam permasalahan perumahan serta bobot Layanan Kesehatan Nasional, diakibatkan oleh kenaikan imigrasi dalam 15 tahun terakhir.

Gill akur dengan pemikiran itu:“ Partai Pegawai serta Partai Konvensional cuma mencari alibi. Setelah itu aku memandang Farage. Aku seseorang imigran. Namun opini ia betul.”

Kekalahan kekuasaan

Penguasa pentas politik Inggris Raya lama ini pula disapu oleh gelombang teknologi serta kesejagatan. Para pemilih saat ini lebih terbuka dengan bumi luar serta lebih berdengung berbicara.

“ Kita memandang terdapat perasaan yang bertumbuh kalau para politisi tidak lagi penuhi akad mereka, serta bagi aku perihal ini ialah aspek sangat berarti,” ucap Hattersley, mantan delegasi pimpinan Partai Pegawai serta saat ini bersandar di badan besar parlemen Inggris.

“ Ekonomi multinasional, industri multinasional, internet sudah mengutip kewenangan dari tangan politisi. Orang juga setelah itu memandang para politisi tidak lagi mempunyai kewenangan serta daya buat melakukan kemauan orang.”

Satu masyarakat yang merasa tidak puas serta mau melaksanakan penelitian merupakan Craig Higley, masyarakat Gloucester yang tadinya mensupport Partai Pegawai. Ia menyudahi buat berikan suaranya pada Partai Hijau.

Ia berkata Partai Pegawai serta Partai Konvensional tidak dapat melaksanakan pergantian berarti serta cuma silih mempersalahkan kala membahas permasalahan yang dialami negeri ini.“ Perihal itu membuat aku tidak menggemari keduanya,” ucap Higley. Sedangkan kesejagatan mengutip ganti kewenangan dari para politisi, patriotisme jadi terus menjadi berarti.

Pemilih Skotlandia

Di kota Glasgow, Skotlandia, Stewart MacLennan yang berumur 64 tahun senantiasa mensupport Partai Pegawai serta sempat jadi calon partai itu pada pemilu 1992. Saat ini ia menyudahi buat memilah SNP.

Ia berkata sepanjang bertahun- tahun Partai Pegawai memimpin politik di Skotlandia, tetapi setelah itu jadi berleha- leha. Para pemilih Skotlandia paling utama kecewa dengan Partai Pegawai Terkini arahan Tony Blair serta faktor sangat akhir merupakan antipati partai ini atas kampanye SNP buat memperoleh kebebasan untuk Skotlandia tahun kemudian.

Perihal ini bagi MacLennan“ menimbulkan dendam di golongan pendukung Partai Pegawai( di Skotlandia).” SNP kelihatannya“ mempraktikkan corak serta prinsip yang tadinya dianut oleh Partai Pegawai. Mereka lebih berajaran sosial demokrat,” ucap MacLennan.

Dalam pemilu 2010 Partai Pegawai mencapai 41 bangku dari 59 bangku di Skotlandia. Telaah opini menampilkan kalau SNP dapat memusnahkan kekuasaan Partai Pegawai di area itu dalam pemilu kali ini.

Serta bangku ini amat berarti untuk usaha Ed Miliband jadi kesatu menteri dengan suara kebanyakan di Parlemen. Apalagi pimpinan Partai Pegawai di Skotlandia juga mungkin kehabisan bangku parlemennya.

Di Inggris, dimana SNP tidak mempunyai calon, para pemilih takut dengan mungkin akibat partai Skotlandia ini dalam rezim kelak. Di Gloucester, yang terdapat lebih dari 400 km dari Skotlandia, Sophy Gardner calon Partai Pegawai berkata:“ SNP tidak terkenal di Gloucester. Masyarakat mau aku berikan agunan nyata kalau Partai Pegawai tidak hendak membuat aliansi dengan SNP.”

Miliband juga sudah menerangkan tidak hendak membuat aliansi sah dengan SNP, namun berikan ruang buat membuat perjanjian yang lebih longgar. Partai Konvensional tidak memandang Skotlandia sangat berarti: partai ini cuma mencapai satu bangku dari area itu dalam pemilu 2010.

Bahaya terbanyak Partai Konvensional malah tiba dari UKIP, yang akibatnya susah dikalkulasi sebab partai ini menarik suara dari pendukung bermacam partai. Industri telaah opini YouGov mengatakan kalau dekat 45 persen masyarakat yang berganti jadi pendukung UKIP semenjak 2010 berawal dari Partai Konvensional, 17 persen dari Partai Bebas Demokrat, 15 persen dari Partai Pegawai serta 15 persen merupakan masyarakat yang belum sempat memilah.

Gimana pendukung yang aduk campur ini hendak berakibat di wilayah penentuan marjinal sedang belum nyata. Para ahli telaah opini berspekulasi UKIP cuma hendak menemukan sedikit bangku. Namun suara yang sukses didapat hendak berakibat minus pada partai- partai lain.

Martin Baxter dari Electoral Calculus dengan cara agresif berspekulasi kalau kebangkitan UKIP“ dapat membuat Partai Konvensional dengan cara totalitas kehabisan 30 bangku.” Kepala Institut Riset Kebijaksanaan Khalayak Nick Pearce mengataka bila UKIP kesimpulannya cuma mencapai satu ataupun 2 bangku juga, partai ini hendak tampak selaku peraih suara kedua terbanyak di beberapa wilayah penentuan. Perihal ini hendak berikan UKIP satu alas buat jadi penantang yang lebih sungguh- sungguh di era depan.

Masa Baru

Melainkan terdapat akuisisi suara menggemparkan dengan seketika, tidak terdapat partai yang hendak mempunyai bangku kebanyakan dalam pemilu kali ini. Buat jadi kebanyakan, satu partai wajib memenangkan 323 bangku namun Partai Konvensional serta Partai Pegawai cuma diperkirakan mendapatkan bangku 280.

Dengan begitu, timbul bermacam mungkin hasil pemilu. Perjanjian dengan SNP hendak membuat Partai Pegawai menggenggam rezim. Partai Konvensional mungkin hendak dapat menjaga kewenangan dengan dorongan dari Partai Bebas Demokrat ataupun UKIP serta partai- partai kecil lain.

Beberapa pengamat apalagi mengangankan aliansi luar lazim antara Konvensional serta Pegawai. Apapun yang terjalin, kerenggangan politik ini menguatkan pemikiran kalau sistem penentuan biasa di Inggris Raya wajib direformasi.

Ruth Fox, ketua Handsard Society yang menekuni akibat politik serta hasil kegiatan parlemen, memandang kalau para politisi hendak wajib“ menanggulangi permasalahan ketidakseimbangan” kewenangan antara England, Skotlandia, Wales serta Irlandia Utara.

Baginya“ agregasi potongan- potongan kain” yang dikala ini diaplikasikan tidak sukses. Vernon Bogdanor, guru besar ilmu rezim dari King’ s College, London, berkata, sistem pemilu Inggris“ tidak dapat diaplikasikan dalam sistem multi- partai yang saat ini terdapat.”

Ia menganjurkan, Inggris wajib melakukan satu“ perjanjian konstitusional” yang bermaksud menanggulangi permasalahan itu. Dalam referendum 2011, orang Inggris Raya menyangkal mengganti sistem penentuan first- past- the- post.

Tetapi pemilu kali ini kelihatannya hendak menghasilkan satu anomali yang tidak dapat didiamkan. UKIP dapat memenangkan 10 persen suara di tingkatan nasional serta cuma menemukan 3 bangku ataupun lebih kecil. Sedangkan, SNP dapat menemukan 40 bangku dari cuma 3 persen suara yang diperolehnya sebab pendukungnnya berfokus di wilayah penentuan yang lebih sedikit.

“ Perihal ini hendak membuka perbincangan apakah kita hendak senantiasa mempergunakan sistem first- past- the- post,” ucap Fox dari Handsard Society. Ia memandang politik Inggris Raya saat ini sudah merambah masa terkini.

“ Kita tidak hendak kembali ke era dimana 2 partai memperoleh 80 ataupun 90 persen suara. Aku tidak percaya perihal itu hendak terjalin lagi,” tuturnya.“ Ini semacam satu pergantian yang cuma terjalin sekali dalam satu era.”